MANAJEMEN MEDIS DAN PENGOBATAN EPILEPSI
a.
Farmakoterafi
Beberapa obat antikonvulsif diberikan untuk
mengontrol kejang, walaupun mekanisme kerja zat kimia dari obat-obatan tersebut
tetapi masih tak diketahui. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mencapai
pengontrolan kejang dan efek samping minimal tetapi medikasi lebih untuk
mengontrol dari pada untuk mengobati kejang
Manifestasi toksisitas obat bervariasi, dan system
organ tertentu dapat kena pengkajian fisik periodik dan tes lab dilakukan untuk
pasien yang mendapat pengobatan yang diketahui mengalami efek hematopoietik,
genitorius/efek pada hepar melalui hygiene oral setelah setiap makan, perawatan
gigi teratur dan memijit gusi secara teratur penting untuk pasien yang
menggunakan fenition (dilantin) untuk mencegah/mengontrol hyperplasia pada
gusi.
b. Pembedahan
Pembedahan untuk epilepsi, pembedahan diindikasikan
untuk pasien yang mengalami epilepsi akibat tumor intrakranial, abses, kista,
atau adanya anomali vaskuler. Beberapa pasien mengalami gangguan kejang yang
tidak berespons terhadap pengobatan, keadaan ini mungkin merupakan proses
atrofik fekal sekunder akibat trauma, radang,stroke atau anoksia. Jika kejang
berasal dari daerah otak berbatas-tegas yang dapat dieksisi tanpa menimbulkan
defisit neurologik berarti, pengangkatan fokus epileptogenik yang menimbulkan
kejang sehingga memberikan kontrol dan perbaikan jangka panjang.
Tipe bedah neuro ini dilakukan dengan alat-alat bantu
modern, berupa tekhnik bedah mikro, elektroensefalografi dalam, perbaikan
iluminasi dan hemostasis, dan pengenalan agens neuropeltanalgesik (droperidol
dan fentanil). Tehnik-tehnik ini, dikombinasi dengan infiltrasi local pada
insisi kulit kepala, kemampuan ahli bedah syaraf, untuk melakukan pembedahan
pasien dalam keadaan sadar dan dapat bekerja sama. Dengan alat uji khusus,
seperti elektrokortikal mapping dan
respons pasien terhadap stimulus, akan menentukan batasan focus epileptogenik.
Beberapa focus epileptogenik abnormal (misalnya daerah otak abnormal) kemudian
diangkat.
c. Terapi darurat
1) Proteksi
terhadap anak dan penentuan posisi yang tepat
2) Kebersihan
dan pemeliharaan saluran pernafasan
3) Pemberian
oksigen dan penyedotan faring
4) Terapi keadaan spesifik, misalnya hipoglikemia,
hipokalsemia, defisiensi piridoksin
5)
Pengendalian kejang dengan terapi antikonvulsan parenteral, misalnya
fenobarbiton, diazepam, atau paraldehid.
d. Terapi elektif
1) Mempertahankan
pengendalian terhadap kejang-kejang, misalnya dipropilalaktat (Epilim),
fenitoin.
2)
Nasehat
dan bimbingan bagi orang tua :
a) Perawatan
selama kejang-kejang
b)
Kebutuhan
makan obat secara teratur seperti yang dianjurkan
c)
Jaminan
bagi orang tua dengan menjawab setiap pertanyaan mengenai pendidikan anak dan
prosfek serta jenis pekerjaan.
DAFTAR PUSTKA
1. L. Wong. Dona, 2003, Pedoman Medis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
2. Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001.
0 comments:
Post a Comment