PEMERIKSAAN PENUNJANG EPILEPSI
a. Pemeriksaan CT
scan digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebro
vascular abnormal, dan perubahan degenerative serebral. Pemindaian CT digunakan mendeksi
perbedaan kerapatan jaringan yang sering terjadi pada klien dengan epilepsi
b. Elektroensefalografi
(EEG) melengkapi bukti diagnostik dalam proporsi substansial dari pasien
epilepsy dan membantu dalam mengklasifikasikan tipe kejang. Kelainan EEG yang
sering dijumpai pada penderita epilepsi disebut epileptiform discharge atau
epileptiform activity. Kadang-kadang rekaman EEG dapat menentukan focus serta
jenis epilepsi, apakah fokal, multifocal, kortikal, subkortikal, misalnya
“Petit Mall”. Spasme infantile mempunyai gambaran hipsaritmia. Akan tetapi
8-12% penderita epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal. Gambaran normal EEG
pada neonatus biasanya menunjukan gelombang bervoltase lebih rendah dengan
frekuensi 3-5 cps, kurang teratur dan sinkron. Pada epilepsi EEG dapat membantu
kita menegakan diagnosis serta menentukan jenis serta fokusnya, dengan demikian
dapat membantu kita memilh obat yang cocok (misalnya hipsaritmia dengan
kortikosteroid, petit mal dengan dilantin, luminal).
c.
Dilakukan
pengkajian fisik dan neurologi, hematologi, dan pemeriksaan serologic
d.
Pemeriksaan
jasmani meliputi pemeriksaan pediatric dan neurologis dan bisa dikonsulkan
kebagian mata, THT, hematologi, endokrinologi, dan pemeriksaan jasmani lain
seperti : pemeriksaan tanda-tanda vital, jantung, paru, perut, hati, limpa,
anggota gerak lainnya.
e.
Pemeriksaan
labolatorium meliputi : Pemeriksaan darah tepi rutin, kadar gula darah dan
elektrolit sesuai indikasi, pemeriksaan cairan serebrospinal. Pemeriksaan cairan cerebrospinal pada anak
dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi yang merupakan salah satu penyebab
dari epilepsi. Hitung darah lengkap dilakukan pada klien dengan trauma kepala
karena dapat terjadi peningkatan atau penurunan yang mencolok pada jumlah
hematokrit dan trombosit. Elektrolit seperti Ca total, dan magnesium serum
sering kali diperiksa pada saat pertama kali terjadi serangan kejang karena
akan terdapat perubahan pada jumlah elektrolit tersebut., uji glukosa biasa
dilakukan pada bayi dan anak kecil yang mengalami epilepsi untuk mendeteksi
adanya hipoglikemia yang biasanya terjadi.
f.
Pemeriksaan psikologis dan psikiatris (tingkat
kecerdasan yang rendah, retradasi mental, gangguan tingkah laku, gangguan
emosi, hiperaktif.
g.
Pemeriksaan
radiologis, pada foto tengkorak diperhatikan kesimetrisan tulang tengkorak,
destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal, tanda peninggian
tekanan intracranial seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika,
pneumoensefalografi dan ventrikulografi untuk melihat gambaran system
ventrikel, rongga subaraknoid, serta gambaran otak, arteriografi untuk melihat
keadaan pembuluh darah otak apakah ada peranjatan, sumbatan, peregangan,
anomali pembuluh darah.
DAFTAR PUSTKA
1. L. Wong. Dona, 2003, Pedoman Medis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
2. Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001.
0 comments:
Post a Comment